Kebangkitan Industri Migas Aceh dengan PDPA dan BPMA

ilustrasi
ACEH HEBAT -- Industri minyak dan gas (Migas) Aceh sudah hidup lagi, yakni Medco dan Triangle Pase Inc sudah berproduksi. Sedangkan dua lainnya, yakni Jaratex dan Pertamina Hulu Energi (PHE) segera berproduksi. Semua industri migas di Aceh akan menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) yang besar, sehingga nantinya menjadi salah satu sumber pengganti penerimaan dari dana otonomi khusus yang akan berakhir di Aceh pada 2027.

Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (Kadis ESDM) Aceh, Mahdinur, menyampaikan hal ini ketika menjawab Serambi, Rabu (29/8). “Penerimaan yang besar itu baru akan bisa diterima Pemerintah Aceh, jika Perusahaan Daerah Pembangunan Aceh (PDPA) yang menjadi perpanjangan tangan Pemerintah Aceh bisa kuat memainkan peran usaha kerja sama bidang migas kepada setiap perusahaan nasional, asing, dan swasta nasional yang beroperasi di Aceh,” kata Mahdinur.

Menurutnya, saat ini Triangle Pase Inc sudah bekerja sama dengan PDPA dan telah memberikan keuntungan penjualan produksi bagi hasil migas kepada PDPA sekitar Rp 300- 500 juta/bulan. Bagi hasil ini diatur dalam UU Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh. “PDPA masih bisa menerima 10 persen atau lebih dari pembagian Partisipasi Interest (PI) atas beroperasinya perusahaan migas di Aceh. Hal itu diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 37 tahun 2016 tentang Penambahan Penyertaan Modal Saham Pemerintah kepada Perusahaan Perseroan,” kata Mahdinur.

Mahdinur mencontohkan, di Kabupaten Bojonegoro, perusahaan daerah itu sudah menerima 10 persen atas pelaksanaan operasi perusahaan migas di daerah tersebut melalui pos penerimaan Partisipasi Interest (PI), sehingga hal ini juga berlaku di Aceh dari setiap perusahaan migas yang beroperasi di daerah ini. Namun, agar bisa menerima dana PI itu, kata Mahdinur, perusahaan daerah harus sehat dan kuat lebih dulu kepengurusan manajemen, tata kelola keuangan dan modal.

“Aceh memiliki dana cadangan pendidikan dan dana cadangan nonpendidikan di Bank Aceh Syariah sekitar Rp 900 miliar - Rp 1 triliun lebih. Sebagian dana cadangan itu, bisa diambil dan disertakan ke dalam penyertaan modal saham perusahaan migas yang beroperasi di Aceh, sehingga pada akhir tahun setelah RUPS, Pemerintah Aceh mendapat pembagian deviden atau dana PI yang besar,” saran Mahdinur.

Lebih lanjut, Mahdinur mengatakan dana cadangan Pemerintah Aceh, hendaknya tidak ditempatkan pada satu lembaga keuangan yang memberikan keuangan standar, tetapi dijadikan penyertaan modal kepada perusahaan-perusahaan yang memberikan keuntungan yang jelas besar, seperti kepada perusahaan migas yang sudah berproduksi. “Keuntungan yang diperoleh Pemerintah Aceh bisa dua sampai tiga kali lipat dibanding penempatan dana cadangan yang besar pada satu lembaga keuangan,” kata Mahdinur.

Kadis ESDM Aceh, Mahdinur, menambahkan kehadiran empat perusahaan migas di Aceh merupakan peluang bagi Pemerintah Aceh untuk bisa mengembalikan kejayaan penerimaan daerahnya dari produksi migas pada tahun 2000 - 2010. Ketika itu PT Arun dan Mobil Oil masih mengekspor migas dari terminal Arun ke Jepang dan Korea. “Caranya PDPA selaku perpanjangan tangan Pemerintah Aceh untuk berbisnis dalam bidang migas ‘disehatkan’ manajemen dan permodalannya. Begitu juga Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA),” saran Mahdinur.

Mahdinur mencontohkan masa tugas kepengurusan lama PDPA yang sudah habis agar segera direkrut pengurus baru, yaitu orang-orang berkompeten, kredibel, profesional serta jujur untuk menjalankan roda usaha PDPA. “Ini merupkan kesempatan bagi Pemerintah Aceh untuk tidak menjadi penonton atau setiap tahunnya menjadi penerima dana hibah atau CSR dari perusahaan migas,” ujar Mahdinur. Menurutnya, kemiskinan Aceh yang saat ini mencapai 15,50 persen dan pengangguran tujuh persen itu, bisa diturunkan jika PDPA dan BPMA bisa menjadi pemain dalam bisnis migas Aceh. (sumber)
SHARE

About peace

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Terbaru

|| Menelusuri Jejak Sufisme di Tanah Batak: Kisah Lobe Pohom Pospos dan Lobe Zakaria Siagian dari Hopong, Sumatera Utara || Diplomat Israel Picu Kontroversi Global: Serukan Eksekusi Anak Palestina dan Ancam Hancurkan Rekonstruksi Gaza || Koh Lay Huan dan Lebai Dappa: Dua Tokoh di Pusaran Sejarah Aceh dan Penang || Aceh: Gerbang Potensial Industri Mobil Listrik Indonesia || Pemerintah Baru Suriah Berusaha Tingkatkan Kemampuan Alutsista || 10 Keberhasilan Presiden Suriah Ahmad Al Shara yang Dianggap Bersejarah || Ini Dia Loyalis Assad Dalang Pembunuhan Polisi di Pantai Suriah || Cara Libya, Suriah dan Sudan Mengatasi Masalah Politik Internal || Bagaimana Posisi SIG Suriah Usai Terbentuknya Pemerintahan Damaskus? || Diperkirakan 5 Ribu Sisa Loyalis Assad Masih Aktif Bergerilya di Suriah || Aceh Bergerak: Sinergi Koperasi Desa Merah Putih, BUMDes, dan BUMD dalam Pengentasan Kemiskinan || Menanti Munculnya 'Haftar' versi Suriah || Komandan Elite Israel dari Kalangan Druze Tewas di Gaza || Mengapa Turki tak Bantu Lebanon Lawan Invasi Zionis Israel? || Mesir Investasi Pembangkit Tenaga Surya di Djibouti Cegah Ketergantungan dari Ethiopia || Somaliland Letak Batu Pertama Pembangunan Kedutaan di Addis Ababa, Ethiopia || Ambisi Greater Israel, Tel Aviv Hancurkan Pabrik Otomotif Iran di Suriah || Di Balik Kekhawatiran Erdogan Jika Israel Menduduki Damaskus || Assad Dinilai Acuhkan Pergerakan Pasukan Israel di Selatan Suriah || 10 Alasan Tel Aviv Kini Lebih Pede Kampanyekan Ambisi Greater Israel di Timur Tengah || Israel Pancing Suriah Terlibat Konflik untuk Kuasai Daerah Menuju Irak dan Iran || Jelang Serangan Darat, Yayasan Pendudukan Israel Mulai Jual Kapling Perumahan di Lebanon || Intervensi Polwan Houthi di Sektor Pendidikan Disayangkan Warga Yaman || Dua Fundamentalis Kristen Eks Tentara Jerman Ketahuan Bentuk Pasukan Swasta di Yaman || Meski Didera Konflik, Rakyat Yaman tak Pernah Lupakan Sepakbola || Gencatan Senjata Gagal Diperpanjang, Apakah Perang Besar akan Terjadi di Yaman? || Pemimpin Baru 'Negara' Al Rukban di Suriah Kapten Fareed Qassem yang Diangkat AS Mulai Gelar Rapat Kabinet || Presiden Bashar Al Assad Dilaporkan Perintahkan Miliarder Hossam Katerji Garap Ekonomi Aleppo, Suriah || Asal Mula Bangkitnya Kembali Nasionalisme Al Katiri di Hadramaut, Yaman || Kaum Nasionalis Gelar Demo Dukung Berdirinya Kembali Negara Al Katiri di Hadramaut, Yaman || Gejolak di Koloni AS di Suriah, Parlemen Al Rukban Tolak Kudeta Jenderal Muhannad Al Tala || Kesultanan Tarim Masuk dalam Wilayah Hadramaut di Bentuk Federasi Yaman yang Baru || AS Lakukan Resuffle Kepemimpinan Pejuang Suriah di Al Rukban, Farid Al Qasim Gantikan Kolonel Muhannad Tala || Dibantah Tehran, Bagaimana Cara Rusia Mendapat Drone Iran? || Ketika Hadramaut Jadi Rebutan Pemerintah, Separatis Yaman Selatan STC dan Liga Hadrami || Warga Yaman Curiga Houthi dan Pemerintah Punya Kesepakatan di Belakang Layar untuk Bendung Separatis || Media Separatis Yaman Selatan Olok-Olok Parade Militer Pemerintah Miskin Senjata Canggih Lawan Houthi || Ketika Lembaga Penyiaran Yaman Juga Terpecah Dua Usai Konflik Sanaa dan Aden || Parade Militer Yaman di Taiz Imbangi Kekuatan Houthi di Hudaydah || Imbangi Pemberontak Houthi, Pemerintah Yaman Gelar Parade Militer di Marib || Inilah Anggota PLC Yaman yang Kini Memegang Tampuk Pemerintah || Secara De Facto Yaman Telah Kembali Menjadi Negara Federasi Mirip Suriah dan Somalia || Kelompok Pemberontak Houthi Ingin Bangun Jaringan Transportasi Metro di Sanaa, Yaman || Kalah Telak, Perbandingan Pasukan Separatis STC Yaman Selatan dengan Houthi || Partai Kongres Rakyat Bermain Cantik Kuasai Politik Yaman ||