Erdogan menghimbau Iran dan Rusia sebagai negara guarantor bagi wilayah rejim Bashar Al Assad untuk dapat memasfikan keutuhan Suriah sehingga tidak jatuh dalam proyek 'Timur Tengah Baru' yang pernah disampaikan oleh Israel.
Paska Suksesnya genosida Gaza oleh Israel dalam setahun belakangan yang diteruskan ke Lebanon, Tel Aviv berusaha mengincar negara-negara tetangganya untuk konflik regional sebagai bagian dari ambisi greater Israel.
Akan tetapi para pengamat dari Iran melihat sinis imbauan Erdogan tersebut dan menuduh bahwa Turkiye tidak serius dalam melindungi Suriah mengingat hubungan diplomatik antara Ankara dan Tel Aviv yang masih terjalin.
Namun pengamat yang sepakat dengan imbauan Erdogan itu melihat bahwa Turkiye kurang yakin Ran dan Suriah dapat membantu rejim Bashar Al Assad untuk membendung invasi Israel kelak.
Untuk itu Turkiye diperkirakan sedang mempunyai rencana membentuk semacam kekuatan bersama di Suriah dengan mengenyampingkan perbedaan untuk melawan ambisi zionis Israel itu.
Sebagaimana diketahui Turkiye merupakan salah satu dari tiga guarantor state selain Rusia dan Turkiye.
Ankara bertanggung jawab untuk wilayah perbatasan Suriah yang kini dihuni oleh setelah pengungsi Suriah. Di wilayah ini juga berdiri pemerintahan Suriah sementara atau SIG yang mempunyai militer bernama Tentara Nasional Suriah atau SNA, dulu merupakan inti dari tentara pembebasan (FSA). Kini istilah FSA hanya digunakan di wilayah Al Rukban, Pangkalan Al Tanf yang diduduki AS dkk.
Jika pasukan SNA dan militer rejim Al Assad bersatu membentuk kekuatan bersama akan menjadi modal utama melawan invasi Israel.
Apalagi jika dua kekuatan lainnya seperti kekuatan dari pemerintahan penyelamat (SG) di Idlib dan SDF/SDC/AANES juga ikut bersatu maka akan lebih kuat. Walau kecil kemungkinan SDF akan ikut melawan Israel mengingat kedekatannya dengan koalisi AS dkk.
Jika kekuatan ini bisa disatukan maka semakin terbuka peluang perdamaian di tiga atau empat pihak itu untuk membentuk masa depan Suriah yang lebih inklusif.
Hal yang sama pernah terjadi di Irak saat kekuatan Peshmerga dari Kurdistan dan Tentara Irak dan milisi PMU nya bersatu sementara saat melawan ISIS.
Padahal sebelumnya kedua pihak masih bersitegang. Usai sukses mengalahkan ISIS di Irak baik Peshmerga dan Militer Irak/PMU sudah semakin akrab dan jarang terjadi konflik besar antara keduanya.
Kembali ke Suriah, kerjama sama antara militer Assad dengan SIG dan SG dll hanya bisa terjadi jika Ankara dan Damaskus dapat memulihkan kembali hubungan mereka.
Walaupun ini menjadi ide yang baik untuk Suriah kelihatannya Assad harus berkonsultasi terlebuh dahulu dengan Iran dan Rusia sebelum memperbaiki hubungan dengan Turkiye.
Selain mempunyai utang budi ke kedua negara tersebut, Damaskus masih memiliki utang finansial. Baik Rusia maupun Iran suatu saat pernah menyebut telah menghabiskan dana sekitar 30 miliar dolar AS selama dukungan mereka ke rejim ketika perang sipil Suriah berkecamuk.
Kini utang tersebut masih dicicil dengan berbagai konsesi proyek, bisnis dan tanah ke Rusia maupun Iran.
0 komentar:
Posting Komentar