Druze: Antara Sejarah, Keyakinan, dan Pion Geopolitik Israel

Video yang beredar luas baru-baru ini menyoroti sebuah narasi gamblang mengenai komunitas Druze, sebuah kelompok etnoreligius yang memiliki sejarah panjang dan kompleks di Timur Tengah. Dalam tayangan tersebut, terungkap sebuah klaim yang menyebutkan bahwa Israel secara strategis memanfaatkan isu Druze sebagai alat untuk memperluas pengaruh dan wilayahnya di Suriah, khususnya di area-area vital seperti Sweida dan Dataran Tinggi Golan.

Amil Cihat Yci, pembicara utama dalam video tersebut, menguraikan secara rinci bagaimana manuver ini diduga terjadi.

Menurutnya, pemberontakan yang dilakukan oleh komunitas Druze di Suriah selatan menjadi celah yang dimanfaatkan oleh Israel. Tujuannya tidak lain adalah untuk menguasai daerah-daerah strategis yang kaya akan sumber daya alam, terutama air dan minyak, yang menjadi kunci dominasi di kawasan tersebut, bagian dari neo kolonialisme Greater Israel. Tidak perduli dengan kenyataan salah satu menteri di kabinet Presiden Ahmed Al Sharaa saat ini adalah figur dari Druze dan Syiah Alawiyah.

Untuk memahami lebih dalam konteks ini, penting untuk menilik kembali sejarah dan kepercayaan Druze. Komunitas ini berakar pada abad ke-11, muncul sebagai sekte dari Ismailiyah, salah satu cabang Syiah Islam. Namun, seiring waktu, Druze mengembangkan sistem kepercayaan yang sangat unik dan berbeda, termasuk konsep reinkarnasi yang terbatas hanya pada manusia.

Karakteristik lain yang menonjol dari komunitas Druze adalah sifatnya yang sangat tertutup. Mereka menganut aturan internal yang ketat, yang secara signifikan membedakan mereka dari kelompok-kelompok lain di sekitarnya. Aturan-aturan ini mencakup larangan pernikahan dengan non-Druze dan pembatasan jumlah anak, yang secara tidak langsung berkontribusi pada populasi mereka yang tidak terlalu menyebar luas.

Dalam pusaran konflik Israel-Suriah, video tersebut menyoroti peran Druze sebagai instrumen politik yang dimanfaatkan oleh Israel. Sebuah fakta mengejutkan muncul, menyebutkan bahwa sebagian besar tentara Druze di Israel, sekitar 60%, turut serta dalam genosida di Palestina. Ini merupakan pengetahuan umum karena tentara 'Syiah' Druze membagikan aksi mereka menari di antara mayat Palestina melalui media sosial, sikap yang berbeda secara mencolok dengan 'Syiah' Iran yang konsisten membela warga Palestina yang menjadi target pembantaian saban hari.

Meskipun Israel mendeklarasikan diri sebagai negara teokratis Yahudi, mereka memberikan otonomi hukum kepada Druze. Langkah ini, menurut video, bukanlah tanpa motif tersembunyi. Otonomi tersebut dianggap sebagai bagian dari strategi Israel untuk mengintegrasikan dan memanfaatkan komunitas Druze dalam agenda geopolitik mereka di wilayah tersebut.

Salah satu konsep sentral yang diangkat dalam video adalah "Koridor Daud." Ini digambarkan sebagai proyek ambisius Israel Raya yang bertujuan untuk menciptakan koneksi antara wilayah yang dikuasai Israel dengan area yang berada di bawah kendali PKK/YPG atau dikenal dengan SDF di Suriah. Visi ini, jika terwujud, akan mengubah lanskap politik dan ekonomi di Timur Tengah secara drastis.

Tujuan utama dari koridor ini, menurut Yci, adalah untuk memperoleh akses terhadap 90% cadangan minyak dan gas alam Suriah. Penguasaan sumber daya energi sebesar itu akan memberikan Israel kekuatan ekonomi dan politik yang luar biasa di kawasan. Lebih dari itu, koridor ini juga bertujuan untuk menjadikan Israel sebagai tetangga tidak langsung bagi Turki.

Turki, dalam pandangan narator video, dianggap sebagai penghalang utama bagi Zionisme di wilayah tersebut. Oleh karena itu, membangun koneksi langsung dengan kelompok-kelompok yang berlawanan dengan Turki di Suriah menjadi langkah strategis untuk mengikis pengaruh Ankara dan memuluskan jalan bagi ekspansi Israel.

Aspek lain yang ditekankan adalah penguasaan sumber daya air oleh Israel. Video tersebut mengklaim bahwa Israel telah berhasil menguasai sebagian besar sumber daya air Suriah, termasuk Dataran Tinggi Golan, cekungan Sweida, dan bendungan Tishrin yang kini dikuasai oleh PKK. Ini adalah isu krusial mengingat air adalah komoditas yang sangat berharga di wilayah yang kering.

Konsekuensi dari penguasaan sumber daya air ini sangat terasa di wilayah-wilayah yang tidak berada di bawah kendali Turki. Kekurangan air dan listrik menjadi masalah kronis, yang secara langsung berdampak pada kehidupan sehari-hari penduduk. Ini menunjukkan betapa pentingnya kontrol atas sumber daya alam dalam konflik regional.

Video tersebut juga mengungkapkan adanya pangkalan militer Inggris yang didirikan kembali di antara Mosul dan Kirkuk di Irak setelah tahun 1920.

Keberadaan pangkalan ini, menurut narasi, memiliki tujuan yang sangat spesifik: untuk memulihkan dan mengaktifkan kembali pipa minyak lama yang mengarah ke Haifa, Israel.

Keterlibatan Inggris dalam penguasaan sumber daya energi di wilayah tersebut, seperti yang digambarkan dalam video, menunjukkan adanya jaringan kepentingan yang kompleks di balik konflik yang terjadi. Ini bukan hanya tentang perebutan wilayah, tetapi juga tentang kontrol atas jalur pasokan energi global.

Dukungan politik terhadap Druze juga menjadi sorotan. Dijelaskan bahwa faksi politik di Turki yang memiliki kaitan dengan PKK secara terbuka mendukung Druze. Menurut pembicara, dukungan ini secara tidak langsung mendukung agenda Israel, menciptakan sebuah paradoks di mana pihak-pihak yang tampaknya berlawanan justru saling menguntungkan dalam skema yang lebih besar.

Narasi ini mengimplikasikan adanya konspirasi yang melibatkan berbagai aktor regional dan internasional. Hubungan antara PKK, Druze, dan Israel digambarkan sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk mencapai tujuan-tujuan geopolitik tertentu di Timur Tengah.

Secara keseluruhan, video ini menyajikan sebuah perspektif yang sangat terang benderang. Ia mengklaim bahwa konflik yang berkecamuk di Suriah, termasuk isu Druze, adalah bagian integral dari rencana besar Israel. Rencana ini, menurut video, didukung oleh kekuatan-kekuatan global seperti Inggris dan Amerika Serikat.

Tujuan akhir dari semua manuver ini, seperti yang disimpulkan dalam video, adalah untuk memperluas wilayah Israel dan menguasai sumber daya energi yang melimpah di Timur Tengah. Narasi ini, jika benar, akan mengubah pemahaman tentang dinamika konflik di salah satu kawasan paling bergejolak di dunia.

Penting untuk dicatat bahwa klaim-klaim yang disajikan dalam video ini adalah bagian dari sebuah narasi yang spesifik dan mungkin kontroversial. Seperti halnya setiap laporan berita, penting bagi penonton untuk mempertimbangkan berbagai sumber dan melakukan verifikasi independen terhadap informasi yang disajikan.

Namun, video ini berhasil menyoroti kompleksitas hubungan antar-aktor di Timur Tengah dan bagaimana kelompok-kelompok etnoreligius seperti Druze dapat menjadi bagian integral dari strategi geopolitik yang lebih besar. Ini adalah pengingat bahwa konflik di wilayah tersebut seringkali memiliki lapisan-lapisan tersembunyi yang perlu diungkap.


SHARE

About peace

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

Terbaru