Panggung politik dan militer Suriah senantiasa bergejolak, penuh intrik serta dinamika yang tak mudah ditebak. Di tengah kompleksitas tersebut, Pasukan Demokratik Suriah (SDF) muncul sebagai salah satu aktor kunci yang kini berada di persimpangan jalan krusial.
Sebagai kekuatan yang menguasai sebagian besar wilayah timur laut Suriah, SDF telah membangun sistem administrasi otonomnya sendiri, dikenal sebagai Administrasi Otonom Suriah Utara dan Timur (AANES) atau Dewan Demokratik Suriah (SDC).
Kini, mereka terlibat dalam serangkaian pembicaraan intensif dengan pemerintah Damaskus. Tujuan utama mereka adalah mengintegrasikan diri ke dalam struktur negara, namun dengan syarat yang tegas.
SDF berulang kali menegaskan bahwa proses tersebut bukanlah penyerahan total. Mereka tak berniat membubarkan struktur yang telah dibangun, maupun menyerahkan wilayah yang telah mereka perjuangkan dengan susah payah.
Pemimpin SDF secara eksplisit menyatakan keinginan untuk mempertahankan kerangka kerja administrasi otonom yang ada, serta mengintegrasikan pasukan mereka ke dalam kesepakatan yang disepakati bersama. Ini adalah posisi yang kompleks dan penuh tantangan.
Di tengah skenario tersebut, muncul perbandingan menarik yang patut direnungkan, sebuah proyeksi masa depan yang bisa jadi akan membayangi keberadaan SDF. Pertanyaan besar yang mengemuka adalah: akankah SDF pada akhirnya menjadi mirip dengan pasukan Kadyrovites di Chechnya?
Pasukan Chechen "Akhmat" atau Kadyrovites adalah unit paramiliter yang secara de facto berada di bawah kendali Ramzan Kadyrov, pemimpin Republik Chechnya yang dikenal sangat loyal kepada Kremlin. Mereka bukanlah bagian dari tentara reguler Rusia dalam artian murni.
Sebaliknya, Kadyrovites berfungsi sebagai semacam "milisi pribadi" atau milisi suku yang sangat efektif dan terorganisir. Loyalitas utama mereka adalah kepada Kadyrov sendiri, dan melalui dia, kepada otoritas pusat di Moskow.
Mereka telah menunjukkan kesetiaan militan ini dalam berbagai konflik, termasuk di Ukraina, di mana mereka berperan signifikan dalam kampanye propaganda sekaligus operasi militer tertentu. Ini menunjukkan model kekuatan yang loyalitasnya terpusat pada figur atau entitas tertentu.
Maka, jika skenario tersebut diterapkan pada konteks Suriah, ada kekhawatiran bahwa SDF, meski berupaya integrasi dengan Damaskus, dapat bergeser menjadi kekuatan yang loyalitasnya lebih terikat pada suku atau etnis tertentu daripada negara Suriah secara keseluruhan.
SDF sendiri didominasi oleh Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), namun juga mencakup komponen-komponen Arab dan minoritas lainnya. Komposisi multietnis ini, di satu sisi, adalah kekuatan, namun di sisi lain bisa menjadi sumber kompleksitas.
Potensi fragmentasi loyalitas di sepanjang garis suku atau etnis memang patut diwaspadai. Jika proses integrasi dengan Damaskus tidak berjalan mulus atau tidak memenuhi ekspektasi otonomi mereka, maka kecenderungan untuk mengutamakan ikatan etnis mungkin akan menguat.
Demi kelangsungan hidup dan perlindungan kepentingan komunitas mereka, loyalitas para pejuang SDF bisa saja lebih condong ke entitas etnik yang menjadi basis kekuatan mereka, daripada kepada pemerintah pusat di Damaskus.
Namun, SDF dan SDC/AANES memiliki satu keunggulan unik yang membedakan mereka dari banyak milisi lain di Suriah, termasuk perbandingan dengan Kadyrovites yang didanai oleh Kremlin.
Mereka memiliki dan mengelola sumber pembiayaan sendiri. Ini memberikan mereka kemandirian operasional dan administratif yang krusial.
Kemampuan untuk membiayai diri sendiri adalah modal besar yang memungkinkan SDF dan AANES untuk tetap berdiri mandiri, bahkan jika hubungan dengan Damaskus bersifat tegang atau jika integrasi tidak berjalan sesuai harapan.
Tantangan besar tentu saja masih menanti di depan mata. Dinamika internal Suriah yang tak berkesudahan, serta tekanan dari berbagai aktor regional dan internasional, akan terus membentuk jalan yang harus dilalui SDF.
Mereka harus mampu menjaga keseimbangan yang sangat rumit: berusaha mengintegrasikan diri ke dalam struktur negara tanpa mengorbankan otonomi yang telah mereka perjuangkan.
Masa depan SDF akan sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk menavigasi kompleksitas ini, memastikan bahwa mereka tidak menjadi sekadar alat, melainkan kekuatan yang mempertahankan identitas dan melayani kepentingan komunitas yang mereka wakili.
0 komentar:
Posting Komentar